Imam Syuhodo dan Mimpi Besar Mendirikan Perguruan Tinggi
Sekolah Tinggi Imam Syuhodo?
Sebenarnya saya sudah lama mendengar tentang wacana pendirian perguruan tinggi di lingkungan Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo. Entah dengan nama Sekolah Tinggi, Ma'had Aly, atau yang lainnya. Mungkin sudah muncul lebih dari 10 tahun lalu. Saya mendengar wacana ini pertama kali dari Ustadz Drs. KH. Masykur, M.Pd.I, Kepala MTs Muhammadiyah Blimbing kala itu, di saat yang sama beliau juga menjabat sebagai Ketua STIT Muhammadiyah di Ngawi. Setelah itu sering ada diskusi, tapi tidak pernah ada yang serius. Sehingga sampai sekarang semua itu masih sebatas pembicaraan, berhenti pada obrolan saja.
Jika dibuatkan analisis SWOT, kira-kira sebagai berikut:
Strengths (Kekuatan)
SDM melimpah
Sudah sangat banyak kader
Muhammadiyah di Cabang Blimbing yang memiliki kualifikasi tinggi. Lulusan
magister sangat banyak bertebaran, doktor ada beberapa, bahkan seakrang juga sudah
ada profesor. Dari segi bidang keilmuan pun juga beragam: studi Islam,
kependidikan (yang paling dominan), hingga sains.
Basis lembaga pendidikan sudah
kuat
Pondok Pesantren Imam Syuhodo
memiliki ribuan santri (mukim dan nonmukim), dari jenjang PAUD, SD, SMP, MTs,
SMA, hingga SMK. Lembaga Pendidikan di bawah Imam Syuhodo semuanya berbayar. Manajemen
pendidikan kita sudah terbilang mapan karena sudah berjalan lama, sejak 1985
jika dihitung dari pendirian MTs. Track record pengelolaan lembaga yang stabil
merupakan nilai tambah dan menjadi fondasi kuat untuk pengembangan ke arah pendirian
lembaga pendidikan tinggi.
Weaknesses (Kelemahan)
Manajemen internal belum solid
Saat saya mengatakan ini pasti ada
yang protes, menganggap membuka aib, urusan internal dapur, dan yang semacamnya.
Tapi kenyataanya kelemahan paling krusial adalah manajemen internal. Di sini memang
masih ada semacam ‘godfather’, figur yang bersikap fixed mindset
dan kurang, atau malah anti menerima masukan. Hal ini menghambat dinamika dan
percepatan pengembangan lembaga.
Visi para tokoh tidak seragam
Selain problem di atas, banyaknya
SDM berpendidikan tinggi, tetapi ternyata masing-masing memiliki pandangan
sendiri, tidak satu visi. Ketika ide pendirian sekolah tinggi disampaikan,
seringnya malah muncul respon yang kurang suportif. Saat saya menyampaikan
dalam beberapa obrolan responnya di antaranya, “tapi jelas bukan kamu lho
rektornya!” Lha emangnya siapa juga yang mau jadi rektor. Atau pada waktu yang
lain ada pula tokoh sentral yang menjawab, “mungkin 10–20 tahun lagi”. Halah kesuwen
mas. Nah sikap-sikap seperti ini jelas memperlambat proses maju.
Opportunities (Peluang)
Basis massa sangat kuat
Muhammadiyah Cabang Blimbing
memiliki 32 ranting yang solid hingga akar rumput.
Minat kuliah dari masyarakat
lokal tinggi
Meskpun saya belum mensurvey secara
nyata, dari sekilas kasat mata terlihat banyak anak-anak di Kecamatan Polokarto
yang melanjutkan kuliah. Banyak pula yang ke kampus-kampus Islam, misalkan IIM.
Jika ada kampus Islam baru yang dikelola dengan baik, peluang untuk diminati
sangat besar.
Potensi sinergi dengan lembaga
pendidikan yang sudah ada
Karena pondok sudah memiliki
jenjang pendidikan lengkap sampai SMA/SMK, pengembangan ke pendidikan tinggi
menjadi langkah natural, lumrah. Banyak pondok pesantren di sekitar yang sudah
mulai merambah ke Pendidikan tinggi: Al-Mukmin, As Salam, Al-Ukhuwah, Imam
Bukhari, untuk menyebut beberapa di antaranya. Saya pernah mendengar, Sekolah Tinggi Islam Al-Mukmin Ngruki saat awal-awal berdiri kebanyakan mahasiswanya adalah asatidzah intern pondok yang belum S1. Ini bisa diterapkan pula jika ada Sekolah Tinggi Imam Syuhodo, mengingat masih banyak guru di lingkungan Imam Syuhodo yang belum S1 sampai saat ini.
Threats (Tantangan)
Persaingan dengan kampus-kampus
sekitar
Di wilayah sekitar sudah banyak
perguruan tinggi, termasuk UMUKA sebagai kampus Muhammadiyah terdekat.
Kebijakan pemerintah
Kabarnya ada moratorium pendirian kampus baru di Jawa Tengah. Artinya, pendirian kampus baru hanya bisa melalui akuisisi/pengambilalihan izin kampus yang sudah ada. Contoh terkait ini misalnya seperti pendirian UMUKA yang mengakuisisi beberapa kampus, yaitu Akademi Pariwisata Widya Nusantara (APWN) Surakarta, Akademi Sekretari Manajemen Santa Ana (ASMI) Semarang dan Akademi Peternakan Karanganyar (APEKA). Selain itu Politeknik As Salam (Polhas) dan Tiga Serangkai University (STMIK Sinus) juga berdiri dari proses mengambil alih izin kampus yang sudah ada. Tentu saja hal ini membutuhkan strategi, waktu, dan tentu saja biaya yang tidak sedikit.
Penutup
Sebenarnya, jika semua stakeholder memiliki visi yang sama, pendirian Sekolah Tinggi Imam Syuhodo sangat mungkin diwujudkan. Muhammadiyah Cabang Blimbing selama ini memiliki track record sukses dalam mengelola lembaga. Kuncinya adalah menyatukan pandangan, memperbaiki manajemen internal, dan mengambil langkah strategis yang terukur.
Oya lupa belum saya tulis, jangan kemudian ada yang mengatakan, "Ayo Pak Nasri segera diwujudkan!". Perlu disampaikan bahwa posisi saya di sini hanya provokator, atau kompor. Kalau untuk eksekusi bisa jadi masih memungkinkan, tapi jika untuk ketok palu, jelas bukan ranah saya.

Tidak ada komentar