Pengalaman Seleksi Dosen UMPO
Setelah beberapa kali mengalami penolakan dari kampus lain, pada 23
Oktober 2025 yang lalu alhamdulillah saya akhirnya dihubungi oleh staf bagian
SDM Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), yang menindaklanjuti lamaran saya,
karena UMPO sedang membutuhkan dosen untuk Prodi PAI. Tentu saya sangat
bersyukur. Meskipun agak mendadak, pagi sekira jam 9 diberi tahu dan jam 1
siang diminta hadir melalui zoom, saya langsung menyanggupi.
Dalam pertemuan zoom tersebut, saya ditemui oleh Ibu
Dr. Ana Maghfirah, Kepala Bagian SDM UMPO. Menurut saya, sesi ini merupakan semacam
wawancara penjajagan mungkin. Selama tidak lebih dari satu jam saya ditanya
beberapa hal: apakah saya sudah bekerja atau mengajar di tempat lain, sudah berkeluarga
atau belum, hingga aktivitas organisasi. Bu Ana juga menjelaskan gambaran tentang
UMPO, seluk-beluk jadi dosen di sana, termasuk urusan gaji pula. Penjelasan itu
disampaikan sebelum saya mengikuti tes, agar tidak terjadi kesalahpahaman di
kemudian hari.
“Jangan sampai nanti sudah tes dan diterima, ternyata
setelah tahu semua ini malah tidak jadi,” kira-kira demikian kalimat beliau
saat itu.
Setelah wawancara itu, beliau memberikan waktu kepada
saya untuk mempertimbangkan dan bermusyawarah dengan keluarga, kemudian segera
memberikan jawaban secepatnya. Di antara yang membuat saya tertarik adalah,
jika diterima, saya langsung menjadi dosen tetap. Maka tidak menunggu lama, setelah
berdiskusi dengan istri, keesokan harinya (24 Oktober 2025) saya menyampaikan
kesiapan untuk melangkah ke tahap selanjutnya.
Tanggal 28 Oktober saya dikabari bahwa rangkaian tes
online akan dilaksanakan pada 30 Oktober 2025 mulai jam 8 pagi. Ada beberapa
jenis tes yang harus diikuti, yaitu: TPA, STACEP (sejenis TOEFL internal), AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan),
dan praktik mengajar. Selain saya, ternyata ada satu orang lagi yang mengikuti
tes untuk formasi dosen PAI.
Alhamdulillah TPA dan STACEP berjalan lancar. Pada
sesi AIK, yang awalnya saya pikir akan mengerjakan soal, ternyata berupa
wawancara oleh Majelis Tabligh PDA Ponorogo, yang intinya tentang komitmen dalam
bermuhammadiyah. Alhamdulillah sesi AIK berjalan lancar dan relatif singkat. Menurut
Bu PDA komitmen AIK saya tidak perlu diragukan. Karena Pak Dekan yang
semestinya menilai praktik mengajar berhalangan hadir, maka praktik mengajar
dijadwalkan ulang ke tanggal 31 Oktober.
Pada 31 Oktober, sebelum praktik mengajar saya diminta
mengerjakan soal psikotes terlebih dahulu. Namun ketika Zoom dengan Pak Dekan,
proses praktik mengajar ternyata belum jadi dilaksanakan lagi. Saya justru
kembali diwawancara mengenai komitmen pribadi. Seingat saya, semua pertanyaan
sudah saya jawab bahwa saya siap berkomitmen untuk loyal, termasuk menyatakan
dengan tegas bahwa jika diterima, saya tidak akan mendaftar PNS maupun dosen di
kampus lain. Intinya saya siap mengabdi di UMPO hingga pensiun.
Tanggal 3 November, saya kembali dikabari dan diminta
untuk hadir langsung ke kampus keesokan harinya untuk praktik mengajar.
Besoknya saya berangkat ditemani istri menuju
Ponorogo. Sesampainya di UMPO, saya diminta menuju ke kantor BSDM dulu.
Alhamdulillah saya bertemu dengan Bu Dr. Ana yang beberapa waktu lalu mewawancarai
saya dan Mbak Kurnia yang selama ini menghubungi saya. Bagi saya, pertemuan itu
cukup mengesankan, Bu Ana beberapa kali menyampaikan hal-hal yang seolah
memberi isyarat bahwa saya kemungkinan besar diterima, meskipun keputusan akhir
tetap berada di tangan Pak Dekan yang hari itu akan menilai praktik mengajar saya.
Saya kemudian melaksanakan praktik mengajar di depan
lima mahasiswa PAI semester 3, disaksikan Pak Dekan dan Pak Kaprodi PAI. Selama
20 menit alhamdulillah berjalan lancar, dan mahasiswa yang hadir cukup aktif
sehingga membantu saya menghidupkan suasana kelas.
Selesai praktik, saya kembali ditemui oleh Bu Dr. Ana,
yang menyampaikan bahwa saya diminta menunggu pengumuman resmi. Beliau kembali
menegaskan bahwa menurutnya saya recommended untuk diterima.
“Tapi jika nanti ternyata tidak diterima, semoga silaturahmi
tetap terjaga,” pesan beliau.
Namun pada Senin, 17 November kemarin, saya lumayan
kaget ketika membaca pengumuman resmi bahwa saya dinyatakan tidak lolos
seleksi. Saya sempat bertanya apa yang menyebabkan tidak lolos, dijawab bahwa
yang dicari adalah yang benar-benar loyal dengan kampus, dan mungkin menurut Pak Dekan saya dianggap tidak memiliki loyalitas sehingga belum layak untuk diterima.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal… Perjalanan ini memberi
saya banyak pelajaran. Saya sudah berusaha sebaik mungkin, mengikuti setiap
tahapan dengan sungguh-sungguh, jujur, dan penuh harapan. Namun hasil akhirnya ternyata
bukan seperti yang saya bayangkan.
Barangkali Allah masih menutup satu pintu agar saya diarahkan menuju pintu lain yang lebih tepat. Saya tentu sedih dan kecewa, pasti itu. Tapi saya percaya tidak ada usaha yang sia-sia, tidak ada langkah yang mubazir. Semua ini adalah bagian dari pendidikan jiwa agar saya belajar ikhlas dan tetap kokoh dalam melangkah. Semoga Allah mengganti kekecewaan ini dengan kebaikan yang lebih besar, pada waktu dan tempat yang terbaik menurut-Nya.


Tidak ada komentar