Jejak Inspirator Pemimpin Sejati
Judul Buku :
Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis
Penulis :
Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi
Penerjemah :
Muslich Tamam, Lc & Ahmad Turmudzi, Lc
Penerbit :
Pustaka Al Kautsar Jakarta
Cetakan :
Pertama, Februari 2013
Ukuran :
15,5 X 24,5 cm (hard cover)
Tebal :
XXIV + 748 halaman
ISBN : 978-979-592-613-9
“Di antara orang-orang beriman itu ada sebagian orang
yang menepati janjinya kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur
(dalam perjuangan) dan ada yang menanti-nanti (mati syahid). Dan mereka tidak
mengubah janjinya sedikit pun.” (Q.S. Al-Ahzab [33] : 23)
Secara umum ayat di atas adalah gambaran tentang
pribadi ideal orang yang beriman dengan sungguh-sungguh kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Dalam konteks yang lebih khusus, ayat tersebut sangat pas jika
ditujukan kepada para pemimpin sejati. Mereka tidak pernah ingkar janji; pada
Allah Subhanahu wa Ta’alayang telah mengamanahkan kepemimpinan,
pada umat dan rakyat yang selalu mengharapkan kerja sebagai bukti nyata dari
kata-kata indah para pemimpinnya.
Tidak berlebihan jika ayat di atas diberlakukan atas
Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah, beliau adalah sosok pemimpin,
panglima perang, mujahid sejati, ulama yang faqih, politisi ulung, pribadi yang
zuhud, serta manusia yang memiliki kasih sayang yang luar biasa. Shalahuddin Al
Ayyubi rahimahullah bukan hanya seorang komandan perang yang
ditakuti lawan, bukan hanya seorang raja yang memainkan peran politik penuh
inspirasi, bukan hanya seorang shalih yang senantiasa mendekatkan diri pada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi beliau juga seorang pemimpin
mulia yang senantiasa memenuhi janji, selalu konsisten dengan kesepakatan dan
berhati mulia (hlm. viii).
Buku berjudul “SHALAHUDDIN AL AYYUBI, Pahlawan Islam
Pembebas Baitul Maqdis” ini merupakan terjemahan dari buku berjudul “Shalahuddin
Al Ayyubi wa Juhuduhu fil Qadha’ ala Ad Daulah Al Fathimiyah wa Tahriri Baitil
Baqdis”. Buku tersebut adalah karya seorang sejarawan kontemporer yang
sangat produktif, Syaikh Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi hafizhahullah.
Buku ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari buku-buku sebelumnya yang
membahas Sejarah Kenabian, masa Khulafaur Rasyidin, masa Daulah Umawiyah, masa
Daulah Bani Saljuk, masa Daulah Zankiyah, masa Daulah Murabithun, masa Daulah
Muwahiddun, dan masa Daulah Utsmaniyah.
Selain buku ini, penulis juga pernah menulis berbagai
referensi buku sejarah Islam yang juga sudah banyak diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, di antaranya: Sejarah Lengkap Rasulullah, The Great
Leader of Umar, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah, Khawarij dan Syiah
dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan masih banyak lagi.
Banyak buku yang sudah membahas tentang Shalahuddin Al
Ayyubi rahimahullah dan sejarah perang salib, namun tampaknya
buku ini terasa lebih lengkap dan kaya referensi dibanding banyak buku lain
yang sudah ada. Sehingga pantaslah jika buku ini bisa menjadi panduan rekreasi
sejarah dan intelektual yang lengkap seputar Perang Salib dan dinamika
perjuangan Islam dalam menghadapinya, khususnya Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah (hlm.
ix).
Secara lengkap, buku ini dibagi menjadi tiga bab, Bab
I membahas tentang Perang Salib di Era Dinasti Saljuk; Bab II membahas
Berdirinya Daulah Ayyubiyah, meliputi lahir, masa pertumbuhan dan pendidikan
Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah, Akidah dan Mazhab Daulah
Ayyubiyah sampai upaya Daulah Ayyubiyah menyatukan kaum Muslimin. Sedangkan Bab
III membahas Perang Hittin dan Pembebasan Baitul Maqdis.
Diantara karakter mulia Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah yang
disebutkan dalam buku ini adalah: ketakwaan dan ketekunan beribadah, aqidah
yang lurus, kegemarannya mendengarkan Al Qur’an dan Hadis Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam, keadilan, keberanian, kemurahan hati, santun,
menjaga muru’ah(kehormatan), sabar dan pasrah, setia, rendah hati,
serta perhatian terhadap jihad (hlm. 303-342).
Karakter Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah yang
sekarang mulai ditinggalkan oleh sebagian kalangan kaum Muslimin adalah
keteguhannya dalam membela aqidah Islam yang lurus. Hal ini dapat diketahui
saat Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullahbersama Dinasti Zanki
melakukan ekspansi ke Mesir. Hal yang dilakukan oleh Shalahuddin Al
Ayyubi rahimahullahyaitu mengembalikan dan menghidupkan
aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang telah lama tenggelam dari bumi Mesir
karena dikuasai oleh penguasa sesat Dinasti Ubaidiyah (Fatimiyah) yang beragama
Syiah Rafidhah.
Di antara upaya Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah mengokohkan
mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah di Mesir adalah dengan membangun
sekolah-sekolah, menarik para fuqaha untuk datang ke negaranya, serta berbaik
hati kepadanya. Beberapa lembaga pendidikan yang pernah didirikan untuk
menghidupkan Sunnah dan melawan kesesatan Syiah Rafidhah adalah Madrasah Ash
Shalahiyah, Madrasah Masyhad Al Husaini, Madrasah Al Fadhiliyah, Darul Hadis Al
Kamiliyah dan Madrasah Ash Shalihiyah (hlm. 345-348). Termasuk juga mereformasi
Masjid Al Azhar yang awalnya merupakan pusat penyebaran agama Syiah Rafidhah
menjadi Universitas Islam terkemuka di dunia yang masih eksis hingga saat ini
(hlm. 741).
Pengokohan aqidah ini juga diterapkan Shalahuddin Al
Ayyubi rahimahullah dalam rangkaian pembebasan Baitul Maqdis
dari kalangan Kristen. Diantara pelajaran berharga dibalik pembebasan Baitul
Maqdis adalah; pentingnya ulama Rabbani menyadarkan umat, mendidik generasi
dengan aqidah ahlus sunnah wal jamaah, loyalitas penuh kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan
orang-orang beriman, kesatuan Islam didasari kesatuan aqidah, panji Islam dalam
peperangan, mempersiapkan kader dan mengenali strategi musuh, taubat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi maksiyat, serta
meyakini bahwa jihad fisabilillah adalah satu-satunya jalan merebut Al Quds
(hlm. 665-672).
Selain reformasi di bidang agama dan pendidikan,
Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah juga melakukan reformasi di
berbagai bidang lainnya. Seperti reformasi sektor pertanian dengan membangun
sarana irigasi, sektor perdagangan dengan menjalin hubungan dagang antara
masyarakat Timur dan Barat, membangun pusat-pusat industri di berbagai kota,
menghapuskan berbagai pungutan ilegal, pembagunan rumah sakit dengan fasilitas
lengkap di berbagai daerah, termasuk juga penataan sistem militer dengan
membentuk Dewan Militer Ash Shalahi (hlm. 460-526). Selain itu, Shalahuddin Al
Ayyubi rahimahullah juga berhasil menghidupkan kembali
kedaulatan dan pengaruh Dinasti Abbasiyah yang sempat redup di berbagai negara
Islam (hlm. 742). Karena memang Dinasti Ayyubiyah bukanlah pemerintahan yang
berdiri sendiri, melainkan berada di bawah dan menguatkan kedudukan Dinasti
Abbasiyah.
Meskipun Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah dikenal
tegas dalam hal aqidah, tapi beliau juga dikenal sebagai pemimpin Islam yang
mengedepankan toleransi. Dalam invasi salib III, dihasilkan kesepahaman besar
antara Islam dan Kristen dengan tercapainya Perjanjian Ramalah.
Delegasi Islam mengirimkan buah-buahan dan es untuk Ricard “Si Hati Singa”
ketika dia sakit, serta kemurahan hati Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah mengirim
tabib untuk mengobati penyakitnya (hlm. 744).
Maka sudah selayaknya para aktivis muslim dan muharrik (penggerak)
dakwah membaca buku ini agar dalam setiap gerak dakwahnya dapat mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan dakwah Dinasti Ayyubiyah
dalam berbagai sektor, termasuk sektor kenegaraan dan hubungan diplomasi dengan
berbagai negara dan agama. Selanjutnya mereka pun dapat meneladani dan
mengambil pelajaran agar memperoleh kemenangan dakwah sebagaimana yang pernah
diraih oleh Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah, sang
inspirator pemimpin sejati. Wallahul Musta’an [Muhammad Nasri Dini,
Guru MTs Muhammadiyah Blimbing Sukoharjo]
*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 6/XI | Jumadil Tsani 1435 H

Tidak ada komentar