Khutbah Jum’at: Diangkatnya Ilmu
MUHAMMAD NASRI DINI
Khutbah
Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اتَّقِ اللهَ
حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ
النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Maasyiral
Muslimin Rahimakumullah...
Ulama adalah
pewaris para nabi. Setelah tidak ada lagi nabi yang diutus oleh Allah SwT ke
dunia, maka ulama yang menggantikan tugas para nabi tersebut. Para ulama mewarisi
nabi, mengemban amanah untuk berdakwah dan memberikan pencerahan kepada umat
manusia dengan ilmunya. Rasulullah saw bersabda,
إنَّ الْعُلَمَاءَ
وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا
دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرِّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya
para ulama
itu pewaris para nabi
dan sesungguhnya para nabi
tidak mewariskan dinar tidak juga dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu.
Siapa yang mengambil ilmu itu, maka telah mendapatkan bagian yang paling
banyak.” (HR.
At Tirmidzi dan Ahmad, sahih menurut Al-Albani)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...
Maka sudah
selayaknya jika kesedihan dan kedukaan yang mendalam karena ada ulama yang
wafat, berpulang kepada Allah SwT. Terlebih jika ulama yang wafat itu adalah
ulama yang lurus, yang gigih dalam berdakwah dan memberikan samudera ilmunya
kepada umat manusia. Karena dengan wafatnya ulama tersebut, maka hal itu sama
dengan dicabutnya ilmu dari umat manusia, warisan paling berharga yang
ditinggalkan oleh nabi. Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ اللهَ
لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ
يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah tidak menggangkat
ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat
ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun,
manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka
(orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”
(HR. Al Bukhari)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...
Seperti kita
ketahui, pandemi covid-19 yang melanda umat manusia termasuk di Indonesia belakangan
ini juga tidak pandang bulu. Ia menyerang dan merenggut pula para ulama yang
masih dibutuhkan di tengah-tengah umat. Konon ada ratusan ulama dari berbagai
ormas Islam yang syahid karenanya. Baik itu ulama tak terkenal tingkat lokal
kampung, maupun ulama ternama yang dikenal di seluruh nusantara. Kita tentu
tidak ingin jika nanti orang-orang bodoh yang akan dijadikan rujukan oleh umat.
Lantas apa yang harus diperbuat umat ini dengan hilangnya para ulama dari
tengah-tengah mereka? Terus menuntut ilmu. Bahkan jika kita telah merasa tak
sanggup untuk itu, maka kita harus mengarahkan anak dan cucu kita untuk bisa
mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Islam. Di lembaga pendidikan yang bisa
menjadi tempat untuk mengkader lahirnya ulama-ulama baru.
Nasihat sahabat Abdullah bin
Mas’ud ra berikut ini mungkin bisa menjadi renungan untuk kita semua, “Wajib atas kalian untuk
menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut diangkat/dihilangkan. Hilangnya ilmu
adalah dengan wafatnya para periwayatnya/ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka
sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti
kedudukannya para ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para
ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah
berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar .”
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...
Dalam hadis
tentang diangkatnya ilmu di atas, Rasulullah saw memperingatkan bahwa dengan
hilangnya para ulama, maka umat akan merujuk kepada orang-orang bodoh yang
sesat dan menyesatkan. Hal ini menyiratkan kepada kita agar tidak sembarangan
dalam mengambil ilmu. Mengambil ilmu harus sesuai dengan kapasitas keilmuan
yang dimiliki. Allah SwT berfirman:
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka
tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. An Nahl [16]: 43, Al Anbiya’ [21]: 7)
Ayat ini berlaku secara umum, tidak hanya
dalam masalah agama saja, tetapi juga dalam semua masalah. Karena dalam masalah
yang berbeda, membutuhkan ilmu yang berbeda pula. Hal ini juga mengajarkan
kepada kita agar tidak berbicara jika kita tidak mempunyai ilmu dalam hal
tersebut. Karena semua yang kita katakan pasti akan dimintai pertanggungjawaban
di hadapan Allah SwT. Allah SwT berfirman:
وَلاَ تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya” (Qs. Al-Isra’
[17]: 36)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...
Demikian khutbah pertama ini. Semoga kita
semua semakin
semangat dalam menuntut
ilmu, menyebarkan dan mengamalkannya. Karena hilangnya ilmu merupakan tanda-tanda akhir
zaman dan dekatnya zaman fitnah.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah
Kedua:
الحَمْدُ للهِ
رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah...
Allah
SwT berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ
ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
“Setiap
yang berjiwa akan merasakan mati.” (Qs.
Ali Imran [3]:
185)
Meski tanpa
adanya wabah covid-19 pun, para ulama pasti akan Allah SwT wafatkan juga.
Karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian sesuai dengan ajal
yang telah ditentukan. Maka hendaknya kita terus semangat mempelajari ilmu dan
mengamalkannya. Doa yang diajarkan Rasulullah saw berikut ini juga patut untuk
selalu kita amalkan,
اللَّهُمَّ
إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah! Sesungguhnya aku
memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang
diterima.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah,
shahih menurut al-Albani)
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا
وَٱرْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ.
اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
رَبَنَا
ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النّارِ.
سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Muhammad Nasri Dini, S.Pd.I, Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo Kab. Sukoharjo, Jawa Tengah, Anggota Majelis Tabligh PCM Blimbing
*) Tulisan ini sebelumnya dimuat di Majalah Tabligh Edisi No. 8/XIX - Muharram 1442 H/Agustus 2021 M

Tidak ada komentar