Header Ads

Header ADS

Dzikir, Pikir, Amal: Sungguh, Ketiganya Amat Hebat…


Oleh: Muhammad Nasridini

Sobat muslim, sungguh beruntung jika kita sadar untuk selalu berdzikir memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala. Dengan berdzikir, pikiran kita akan senantiasa terdorong untuk dapat membedakan mana yang baik dan harus kita kerjakan, serta mana yang buruk sehingga harus kita jauhi. Setelah berpikir, tentunya kita akan menjalankan apa yang kita pikirkan dalam bentuk amal. Amal shalih yang lahir dari pikiran yang baik, bukan dari pikiran yang negatif. Karena hati kita akan selalu penasaran jika pikiran itu tidak dibuktikan dengan amalan.

Sobat muda, manusia memang diberi oleh Allah derajat yang paling tinggi. Namun dengan karunia itu, manusia tidak boleh menyombongkan diri. Sebagaimana orang yang kaya, dia tidak boleh merendahkan orang yang tidak punya. Karena di sisi Allah, semua manusia sama, yang membedakan hanyalah ketakwaannya.

Ketakwaan yang sempurna kepada Allah akan melahirkan keikhlasan dalam menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Coba kita renungkan, ketaatan yang kita lakukan dengan susah payah itu akan sia-sia kalau tidak ada keikhlasan dalam diri kita. Tak ada pahala dan keridhaan dari Allah. Mungkin kita dapatkan pujian dari orang lain, tapi bukan dari Allah, pahala dari-Nya tidak akan kita peroleh.

Sahabat, manusia itu terdiri dari unsur-unsur yang menyatu dalam eksistensi diri, yang sering kita sebut nafsu. Nafsu sering kali mengarah pada malapetaka. Maka kita harus menjaga diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai dari ajakan nafsu yang buruk dan dari godaan syetan. Itulah salah satu buah dari selalu mengingat-Nya.

Semua itu demi mewujudkan hadirnya manusia ideal, yaitu manusia yang bermoral, memiliki akal, dan menggunakannya untuk berpikir sehingga menjadi pandai dan kreatif. Dengan begitu, potensi dalam diri manusia dapat terwujud melalui amalan-amalan yang nyata.

Sobat muda, mari kita bahas lebih dalam tentang dzikir, pikir, dan amal.

A. Dzikir

Dzikir adalah memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah Ta’ala sebagai perwujudan rasa ingat kita kepada-Nya. Selanjutnya, selalu memohon petunjuk kepada Allah dengan keyakinan bahwa tidak ada petunjuk yang benar kecuali dari-Nya.

Dzikir dapat dijabarkan dalam beberapa aktivitas berikut:

  1. Ucapan lisan, gerak tubuh, maupun getaran hati dalam rangka mendekatkan diri hanya kepada Allah Ta’ala.

  2. Upaya menyingkirkan kelalaian, yakni berusaha agar tidak lupa kepada Allah dan selalu ingat kepada-Nya.

  3. Menatap kehidupan dengan mata hati, yang digerakkan oleh rasa cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Jadi, hati adalah pusat segala aktivitas. Bila hati baik, maka baiklah seluruh amalnya; demikian pula sebaliknya. Karena itu, hati harus senantiasa berdzikir dan sadar akan keberadaan-Nya.

B. Pikir

Dengan berpikir, hidup akan menjadi lebih bermanfaat dan menghindarkan kita dari kemudharatan.
Setidaknya ada dua objek pikir, yaitu:

  1. Manusia itu sendiri, seperti memikirkan bagaimana proses penciptaan manusia.

  2. Alam semesta, yaitu memikirkan proses penciptaan alam dan segala isinya, termasuk hikmah yang terkandung di dalamnya.

Pada akhirnya, kerja otak yang senantiasa berpikir itu akan melahirkan ilmu pengetahuan.

C. Amal

Ilmu tanpa amal ibarat pohon yang tidak berbuah, begitu kata sebagian orang bijak.

Sobat muda, amalan yang kita kerjakan harus memenuhi dua syarat agar diterima oleh Allah, yaitu:

  1. Ikhlas, artinya amal itu dilakukan semata-mata karena mengharap wajah-Nya.

  2. Benar, yaitu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sobat muslim, jika kita melaksanakan ketiga hal di atas (dzikir, pikir, dan amal) dengan sungguh-sungguh, maka insya Allah kita akan terbiasa dengan kebaikan.

Wallahul Musta’an.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.