Binatang Menjadi Terdakwa
Selama ini kita sering mendengar atau
bahkan menggunakan panggilan-panggilan yang berkonotasi negatif kepada
orang-orang yang berperilaku negatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
positif yang ada dalam masyarakat kita, seperti nilai moral atau nilai agama.
Panggilan-panggilan itu biasanya diambil
dari nama-nama binatang yang disesuaikan dengan perilaku manusia yang dijuluki
dengannya. Orang yang sering mempermainkan cinta lawan jenis biasa dijuluki
dengan buaya darat.
Kalau buaya yang sesungguhnya hidup di air
bergegas mencaplok binatang atau manusia yang mendekatinya, maka hal ini dapat
disesuaikan dengan manusia yang berperilaku serupa, hanya saja manusia hidup di
darat.
Contoh lain adalah kupu-kupu malam, kalau
kupu-kupu yang terlihat indah itu biasanya berkeliaran pada siang hari maka
kupu-kupu yang satu ini berkeliaran pada malam hari. Sesuai dengan profesi
wanita tuna susila, sekilas memang tampak menawan dan adanya pun pada malam
hari.
Tikus berdasi
Kita juga sering mendengar bahkan
menggunakan panggilan tikus berdasi bagi para koruptor. Tikus memang suka
mencuri apa pun yang ada di rumah kita. Dan seperti halnya koruptor, tikus
sering mengambil apa pun tanpa melihat apakah barang itu berguna atau tidak
bagi dirinya.
Masih banyak contoh lainnya, seperti lintah
darat untuk menamai rentenir, kumpul kebo untuk menjuluki pasangan yang hidup
serumah tanpa menikah, kambing hitam yang digunakan oleh orang yang mengalihkan
permasalahan, bahkan kita juga mengenal julukan ayam kampus bagi mahasiswi yang
berprofesi sebagai pelacur, dan julukan-julukan lainnya. □ M Nasri Dini Mahasiswa UMS dan STAIN Solo
*) Dimuat pada rubrik Bahasa Kita di Harian Solopos edisi 26 Februari 2009

Tidak ada komentar