Sexy Killers: Kabut Tebal Listrik Nusantara
Mungkin
kita tidak pernah berpikir bahwa di balik terangnya listrik yang kita nikmati
di rumah, kantor atau tempat aktivitas, ada asap gelap yang menyelimuti.
Manusia kehilangan tempat tinggal secara paksa, menderita, dan nyawa yang
melayang. Juga rusaknya lingkungan, perbukitan, pantai dan laut yang
diacak-acak tanpa adanya rehabilitasi.
Semua
fakta itu bisa dilihat dalam sebuah film yang ramai di tengah publik Nusantara
belakangan ini. Yaitu film dokumenter berjudul Sexy Killers yang
diproduksi oleh Tim Ekspedisi Indonesia Biru bersama WatchDoc. Diunggah
oleh channel YouTube Watchdoc Image pada 13 April 2019, film tersebut
sudah dilihat oleh hampir 20 juta penonton, dikomentari hampir 100 ribu
warganet dan disukai hampir mencapai 900 ribu orang pada saat tulisan ini
dibuat. Mengangkat tema pertambangan batubara di Indonesia, Sexy Killers
menceritakan bagaimana rumitnya hubungan antara asal-usul listrik di negeri
ini; pertambangan batubara di Kalimantan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
di Jawa-Bali dan Sulawesi, juga dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan
sosial di sekitarnya.
Film ini
bercerita bagaimana sedihnya masyarakat yang tergusur oleh industri raksasa
penambangan batubara, juga sengsaranya orang-orang yang terpaksa pergi karena
tempat tinggalnya harus dibangun pabrik PLTU yang bersumber dari batubara. Bagi
mereka yang tidak mau beranjak, yang ada adalah pemaksaan, atau dipaksa pergi
karena ancaman penyakit. Asap dan debu juga berdampak kepada tanaman dan
manusia di sekitarnya. Debu sisa pengolahan batubara dari PLTU mengakibatkan
beberapa masalah pernafasan yang mengkhawatirkan.
Selain
dampak sosial, dampak lingkungan juga sangat terasa, di antaranya tidak
direhabilitasinya bekas-bekas galian tambang batubara yang menyebabkan
banyaknya nyawa melayang. Kabarnya Lubang bekas tambang yang berada di sekitar
kawasan permukiman warga telah merenggut 115 nyawa sepanjang 2014–2018. Laut
pun tercemar, terumbu karang rusak dan ikan-ikan mati. Kehadiran pertambangan
batubara juga memblokir aliran air ke pertanian.
Sayangnya
industri batubara dan PLTU dikuasai oleh orang-orang penting di negeri ini,
sehingga segalanya dapat berjalan lancar dan menguntungkan bagi mereka.
Perusahaan tambang memiliki izin dan lolos uji AMDAL meski pada kenyataannya
pembuangan limbah masih banyak yang tidak sesuai prosedur. Para pejabat aktif
dan purnawirawan bahkan memiliki keterlibatan langsung atau tidak langsung
dengan perusahaan tambang batubara dan PLTU tersebut. Mulai dari Luhut Binsar
Panjaitan, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Joko Widodo, Eric Thohir, Hary
Tanoesoedibyo dan masih sangat banyak yang lain. Ma’ruf Amin dan Dewan Syariah
Nasional MUI pun dianggap turut andil karena telah melegalkan untuk
berinvestasi di tambang batubara tersebut, karena perusahaan-perusahaan mereka banyak
yang tercatat di bursa efek sebagai perusahaan yang sudah bersaham syariah.
Semoga film dokumenter ini sedikit membuka mata kita dan para pembuat kebijakan, agar lebih peduli sesama dan manusiawi, tidak hanya berhitung pada keuntungan dan memperkaya diri semata. Tentu saja data yang disajikan oleh para pembuat film ini bisa dipertanggungjawabkan, karena dibuat dengan ekspedisi yang panjang dan dilengkapi dengan riset dan wawancara. Di antara solusi yang ditawarkan oleh film tersebut untuk mengatasi kebutuhan listrik yang semakin hari semakin banyak yaitu dengan memasang panel listrik tenaga matahari di rumah atau kantor-kantor. [M. Nasri Dini]
*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 05/XVI Ramadhan 1440/Mei-Juni 2019
Tidak ada komentar