Mengenang Dr. Said Tuhuleley, M.M: Perginya Sang Pejuang Pembela Mustadh’afin
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, kematian adalah suatu kepastian dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Sebelum
Muktamar ke-47 di Makassar awal Agustus nanti, Muhammadiyah beberapa waktu yang
lalu justru kehilangan salah satu kader terbaiknya, seorang pejuang tanpa kenal
lelah yang selalu membela kaum mustad'afin. Ketua Majelis Pemberdayaan
Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Said Tuhuleley, M.M telah
tiada.
Dr.
Said Tuhuleley wafat pada hari Selasa 9 Juni 2015 pukul 23.33 WIB di Rumah
Sakit dr. Sarjito Yogyakarta. Sebelum dikebumikan, jenazah Dr. Said
disemayamkan terlebih dahulu di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Di Tiro No. 23
Yogyakarta. Kemudian dikebumikan di pemakaman Kampung Karangkajen, Mergangsan,
Yogyakarta, Rabu siang. Pemakaman tersebut juga merupakan lokasi peristirahatan
terakhir bagi tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, seperti KH. Ahmad Dahlan dan
KH. AR Fachruddin.
Menurut
Wakil Sekretaris MPM PP Muhammadiyah, Machhendra Setyo Atmaja, Dr. Said
Tuhuleley telah terbaring melawan sakit selama hampir dua pekan setelah tiba
dari kerja pemberdayaan masyarakat di Ambon dan Sorong. "Pak Said punya
keinginan kuat untuk terus melakukan kerja pemberdayaan di Makassar, Ambon dan
Sorong, setelah sebelumnya mengisi seminar Pra-Muktamar di Sidoarjo, walaupun
beliau sudah merasa sedikit sakit di bagian kakinya," jelasnya.
Machhendra
menjelaskan, selama ini Dr. Said selalu mendorong program-program pemberdayaan
bagi wong cilik, sehingga beliau cukup dekat dengan para pedagang
asongan, abang becak, sampai kelompok difable yang selama ini menjadi konsen
pendampingan MPM PP Muhammadiyah. Lebih lanjut menurut Machhendra, selama
perawatan sebelumnya di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Pak Said selalu didampingi
para fasilitator MPM dan juga santri Budi Mulia.
"Pak
Said selalu terlihat sumringah ketika diceritakan mengenai kemajuan program,
terutama di daerah timur Indonesia oleh para fasilitator yang
mendampinginya," katanya.
Kepergian
Dr. Said Tuhuleley adalah kehilangan bagi Persyarikatan Muhammadiyah dan Bangsa
Indonesia. Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. HM. Din
Syamsuddin, M.A melalui pesan Whats App yang dikirimkan kepada
muhammadiyah.or.id, Selasa (9/6).
Menurut
Pak Din, Dr. Said adalah seorang mujahid dakwah yang telah mengabdikan sebagian
besar hidupnya untuk dakwah bagi pemberdayaan dan pemajuan masyarakat. Beliau
adalah seorang kader handal Muhammadiyah yang mampu bekerja maksimal di manapun
ditempatkan dan diberi amanat. Warga Muhammadiyah sedang menikmati hasil jerih
payahnya dalam pemberdayaan masyarakat lewat MPM yang dipimpinnya. “Saya
berharap akan muncul Said Tuhuleley-Said Tuhuleley baru yang akan meneruskan
jihad pencerahan almarhum. Selamat jalan sahabatku,” ungkapnya.
Sedangkan
Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, M.A mengatakan, Dr. Said
semasa hidupnya berjuang di Muhammadiyah. Beliau pernah menjadi anggota Majelis
Tabligh PP Muhammadiyah, meski latar belakang pendidikan bukan bidangnya, namun
Pak Said mampu mengembangkan ilmunya, yakni dengan membuat peta dakwah, karena
beliau memang ahli di bidang statistik. "Beliau kader yang handal, pekerja
keras, apa pun yang diserahkan kepada beliau, ditekuni dan jadi
(berhasil-red)," kata Buya Yunahar di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Buya
Yunahar mengungkapkan bahwa pertama kali dirinya melihat Pak Said tahun 1984
tatkala beliau naik motor bertamu ke rumah Ustadz KH. Suprapto Ibnu Juraimi
rahimahullah di Muallimin Yogyakarta. “Saya tidak sempat berkenalan, baru
membatin, siapa orang ini. Tahun 1985 baru berkenalan tatkala saya diminta
mengajar Bahasa Arab di Padepokan Budi Mulia. Tahun 1999-2000 kami bertetangga
langsung di Budi Mulia. Tahun 2000-2015 saya tinggal di luar pondok tidak
sampai 500 m dari rumah Pak Said,” ujar Buya Yunahar.
Buya
Yunahar mengatakan sangat banyak kenangan selama 30 tahun bersahabat dengan Dr.
Said. “Pak Said orang baik, rajin shalat berjamaah, aktivis, sangat peduli
umat, pekerja keras, peneliti, suka berbicara dengan angka-angka, pandai
menulis, pengkader anak muda andalan, dll. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menerima semua amal ibadahnya dan mengampuni dosa-dosanya dan memasukkan Pak
Said ke dalam surga-Nya. Amiin ya Rabbal 'alamin,” do’a dan harapannya.
Sebelumnya,
di Masjid Nabawi dan di Masjidil Haram Dekan Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si
berdoa untuk kesembuhan Pak Said. Tapi Allah Ta’ala berkehendak lain. “Allah
memanggil Pak Said lebih cepat. Insya Allah Pak Said husnul khatimah,” ujarnya.
Dr.
Mahli menjelaskan, ada begitu banyak pelajaran hidup yang ditimbanya dari Pak
Said. “Salah satunya adalah perjalanan pada Ramadhan tahun lalu. Dalam kondisi
fisik yang mulai tertatih, beliau masih sanggup menemani saya ke pedalaman
Kerinci. Ini perjalanan panjang. Sebelum Subuh kami sudah bergerak dari rumah.
Baru sampai Kerinci ketika adzan Maghrib berkumandang. Kehadiran beliau dalam
rangka memompa semangat anak-anak muda setempat untuk mendirikan sebuah
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Dengan PCM ini maka sebulan kemudian tim
MPM berhasil menggerakkan pertanian terpadu bagi jamaah Muhammadiyah setempat.
Maka Persyarikatan Muhammadiyah mulai bergerak disana. Saya bersaksi ini
menjadi salah satu dari sekian amal shalih-amal shalih Pak Said yang pernah
saya saksikan langsung saat bersama beliau. Selamat jalan Pak Said. Saya
bangga pernah menemani beberapa amal shalih Bapak,” tutupnya.
Dr.
Said Tuhuleley lahir di Saparua, Maluku, meninggal dalam usia 62 tahun. Dalam
biografi singkat beliau yang terdapat dalam situs resmi UMY dituliskan bahwa
Pak Said menyelesaikan pendidikan Sarjana pada Jurusan Matematika IKIP
Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta-UNY) pada tahun 1982 dan
menyelesaikan studi Magister Manjemen di UMY tahun 2014 serta memperoleh gelar
kehormatan Doktor (HC) oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam bidang
Sosial dan Politik tahun 2014.
Dosen
Metodologi Penelitian dan Statistik FAI UMY ini semasa hidupnya aktif sebagai
pembicara dan narasumber pakar khususnya bidang pendidikan dalam berbagai
kesempatan. Sepuluh tahun terakhir, aktifitas organisasinya di Muhammadiyah
yaitu menjabat sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) periode
2010-2015. MPM merupakan majelis baru di Muhammadiyah yang mendekatkan
Muhammadiyah pada nelayan, petani, buruh, tukang becak dan masyarakat kalangan
bawah lainnya. Pak Said banyak mengajak ahli-ahli pertanian untuk membimbing
petani agar produksinya meningkat dengan biaya murah. Beliau banyak berkeliling
dan sering mengadakan panen-panen raya. Dari aktivitasnya di MPM inilah yang
menjadikan Pak Said diberikan gelar Doktor Kehormatan pertama UMM. Beliau
dianggap berhak menyandang gelar kehormatan itu setelah diusulkan oleh Promotor
Prof. Dr. HA. Malik Fadjar, M.Sc dan Co-Promotor, Prof. Dr. Ishomuddin, M.S,
dan disetujui oleh senat UMM.
Dalam
pertimbangan pengusulannya, mantan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
Prof. Dr. HA. Malik Fadjar, M.Sc menyebutkan bahwa sosok Pak Said sangat layak
mendapatkan gelar pertama dalam sejarah UMM ini. Selain komitmennya di bidang
akademik, Pak Said juga dikenal gigih mengamalkannya dalam bentuk gerakan
sosial di akar rumput. Melalui MPM Pak Said berhasil menggerakkan masyarakat
dhuafa yang memerlukan bantuan. Pejuang mustadh’afin tersebut selalu
mendengungkan slogan, “Selama Rakyat Menderita, Tidak Ada Kata Istirahat”.
Selain
di MPM, Pak Said juga pernah menjadi Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi
Muhammadiyah yang mengelola seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia.
Dalam kesehariannya, Pak Said dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana,
bersahabat, sopan dan rendah hati. Beliau tidak pernah sungkan memberikan
nasihat jika ada sesuatu yang dinilainya salah.
Melihat
sepak terjang beliau yang luar biasa tersebut, tidak berlebihan jika warga
Muhammadiyah menganggap bahwa wafatnya Pak Said merupakan kehilangan yang
sangat besar bagi keluarga besar persyarikatan. Meskipun kita yakin, insya
Allah beliau mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas semua amal shalih yang beliau lakukan semasa hidupnya. Selamat jalan Pak
Said. Nafasmu boleh saja berhenti, tapi pahala dari-Nya semoga selalu mengalir
deras bagimu sampai hari kiamat nanti. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi
wa’fu’anhu... [Ahmad Nasri]
*) Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 9/XII | Ramadhan -Syawal 1436 H
Tidak ada komentar